Anis bentet sangihe memiliki nama latin Colluricincla sanghirensis dari family colluricinclidae yang berhabitat di kawasan hutan pegunungan dengan iklim subtropik atau tropis lembab. Anis bentet jenis sangihe merupakan hewan endemic asli Indonesia yang terancam punah karena banyaknya kerusakan habitat aslinya.
Kritisnnya kondisi anis bentet sangihe menjadi pembahasan yang serius di pemerintahan. Peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan nomor P.92/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/8/2018 menghilangkan spesies ini dari daftar dilindungi , padahal statusnya kritis atau critically endangered.
Sedikitnya populasi yang sudah masuk ambang kritis yang menurut daftar merah IUCN menunjukkan populasi burung ini hanya sekitar 92 sampai 225 individu dan terus mengalami penurunan sehingga mengeluarkannya dari daftar yang dilindungi merupakan keputusan yang tidak rasional.
Untuk saat ini satu-satunya tempat untuk melihat burung ini adalah puncak gunung sahendaruman, namun kawasan ini juga tak lepas dari ancaman alih fungsi hutan.
Burung ini dalam bahasa lokat dikenal dengan nama sohabe cokelat memang kalah popular dari jenis endemic khas lainnya seperti manu niu ( seriwang sangihe ) sehingga anis bentet sangihe bukan jenis kenamaan masyarakat kabupaten kepulauan sangihe, Sulawesi utara.
Burung Anis Bentet Sangihe via mankamimpiaji.blgospot.com
Daftar isi
KETERANCAMAN HABITAT
Semakin kritisnya jumlah burung anis jenis dikarenakan kerusakan habitat aslinya, bahkan satu-satunya tempat yang mash dihuni burung ini yaitu puncak gunung sahendaruman juga terancam alih fungsi hutan. Bahkan saat ini tidak semua pendaki yang datang ke puncak gunung ini bisa melihat kenampakan burung bentet sangihe.
Seorang fotografer mengaku bertemu anis bentet sangihe setelah pendakiannya yang ke 10. Mereka yang menghabiskan hari dari fajar hingga petang di puncak bukit juga bukan jaminan bertemu hewan yang semakin kritis keberadaannya ini.
Untuk semua kondisi mengenai anis bentet sangihe yang semakin kritis akan memperburuk keadaan ketika nama burunng ini dicoret dari daftar hewan yang dilindungi. Tak ada lagi larangan perburuan liar dan perdagangannya pun dapat dilakukan secara bebas.
Kawasan hutan lindung di puncak sahendaruman yang luasnya 3487,82 hektar kini terancam menjadi pemukiman maupun perkebunan, maka habitat dan kelestarian burung ini akan semakin terancam.
HABITAT
Burung Anis ini merupakan hewan yang berhabitat hanya di puncak gunung sahendaruman yang merupakan hutan lindung dengan luas 3487,82 hektar dan merupakan gunung yang sudah tidak aktif. Burung ini hidup disana secara berkelompok ataupun menyendiri, namun sayangnya kawasan ini terancam alih fungsi hutan menjadi pemukiman penduduk atau lahan perkebunan.
Burung ini menyukai puncak gunung sangihe karena di sangihe puncak gunung ini yang hanya memiliki hutan pegunungan dengan iklim subtropik atau tropis lembab. Gunung ini sendiri didiami oleh 8 jenis endemic sangihe yang 4 diantaranya terancam punah dengan status kritis dan satu jenis berstatus genting.
Endemic sangihe yang terancam punah adalah anis bentet sangihe dan 3 jenis lainnya adalah eirawang sangihe (eutrichomyias rowleyi), kacamata sangihe ( zosterops nehrkorni) serta udang merah sangihe ( ceyx sangirensis ). Sedangkan burung madu sangihe ( Aethopyga duyvenbodei ) berstatus genting.
CIRI ANIS BENTET SANGIHE
- Ukuran tubuh burung anis jenis ini tergolong kecil hanya sekitar 17 cm dari paruh hingga ekornya.
- Pada tubuh sangihe bagian atas berwarna coklat zaitun
- Pada bagian bahu dan bawah punggungnya berwarna coklat tua
- Tubuh bagian bawah berwarna coklat pucat yang membias kekaratan pada bagian perutnya
POPULASI
Populasi anis bentet sangihe semakin menurun dengan hanya sekitar 92 sampai 225 individu yang hidup di puncak pegunungan sahendaruman.
Meski pada tahun 1999 pemerintah memasukkan endemic ini sebagai hewan yang dilindungi dengan peraturan pemerintah no. 7 tahun 1999 saat ini hewan yang terancam punah ini justru dikeluarkan dari daftar tersebut.
Selain anis bentet ada 4 jenis burung kicau yang juga dikeluarkan dari daftar hewan dilindungi yaitu kucica hutan, cucak rawa, anis bentet kecil, serta jalak suren yang di atur dalam peraturan menteri No. P.92/ 2018 pada 20 september 2018.
Kerusakan habitat menjadi faktor utama penurunan jumlah populasi hewan ini belum lagi perburuan liar untuk diperjual belikan menambah kelangkaan burung anis ini.
Demikianlah artikel mengenai anis bentet sangihe yang merupakan endemic pulau sangihe di Sulawesi utara. Burung dengan status kritis terancam punah namun dikeluarkan oleh pemerintah dari status dilindungi. Penurunan populasi burung anis jenis ini disebabkan oleh rusaknya habitat yaitu banyaknya hutan alih fungsi.